Sound Horeg, Pro-Kontra di Tengah Geliat Ekonomi Kawasan Urban

Sound Horeg, Pro-Kontra di Tengah Geliat Ekonomi Kawasan Urban

ILUSTRASI Sound Horeg, Pro-Kontra di Tengah Geliat Ekonomi Kawasan Urban.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Akseptasi masyarakat terhadap keberadaan parade sound horeg pun berbeda antargenerasi. Kalangan generasi milenial cenderung melihatnya sebagai bentuk hiburan dan wujud ekspresi budaya yang menarik. 

Sebaliknya, generasi yang lebih tua merasa terganggu dan menganggap parade itu mengganggu ketenangan lingkungan. Perbedaan tersebut membawa tantangan tersendiri dalam menjaga harmoni sosial di pelosok perdesaaan. 

BACA JUGA:Batsul Masail Ponpes seJawa dan Madura Fatwakan Sound Horeg Haram Mutlak

BACA JUGA:Suara Kreatif yang Perlu Dilindungi: Dari Sound Horeg hingga Hak Cipta

Di samping itu, pemerintah desa menghadapi sejumlah kendala dalam mengakomodasi berbagai imbas parade sound horeg, khususnya dalam memastikan asas kepatutan terhadap tingkat kebisingan dan waktu pelaksanaan agar tidak merugikan masyarakat. 

Perbedaan persepsi dua generasi yang berbeda dalam mengakomodasi sound horeg, menurut seorang konsultan pendidikan Barat Marc Prensky dalam sebuah jurnal ilmiahnya, Digital Native, Digital Immigrants, teknologi telah mengubah cara berpikir dan memproses sebuah informasi. 

Dengan begitu, tidak sulit bagi suatu kelompok generasi tersebut untuk unggul secara akademis menggunakan metode pengajaran yang sudah canggih. Prensky menjuluki anak-anak itu digital natives (pribumi digital). 

BACA JUGA:Sound Horeg Dapat Hak Cipta, Begini Tanggapan Pemerintah

BACA JUGA:Parade Sound Horeg Jadi Sorotan Lagi, Terpaksa Bongkar Atap Warung Warga di Jember Supaya Bisa Lewat

Generasi digital natives adalah generasi yang lahir dan tumbuh dimanja dengan teknologi digital seperti internet, media sosial, dan perangkat pintar. Semua itu sudah berada di lingkungannya (dimulai tahun 1990). 

Ciri utama kelompok itu adalah kemampuan mereka dalam memahami dan mengadopsi teknologi baru dengan cepat. Mereka tidak perlu susah-susah membaca manual panjang bertele-tele. Dengan beberapa kali klik, mereka sudah mampu menguasai sebuah aplikasi atau perangkat baru. 

Dengan kemampuan adaptasi yang relatif lebih cepat, mereka memiliki potensi besar untuk membawa perubahan dalam gaya hidup. 

Akan tetapi, di saat yang bersamaan juga memiliki tantangan yang muncul, yakni ketergantungan tinggi terhadap teknologi. Mereka itulah yang populer dengan sebutan generasi milenial.

Sementara itu, generasi digital immigrants adalah generasi yang lahir sebelum 1990. Kelompok itu lahir dan tumbuh sebelum teknologi digital muncul. Mereka sering disebut juga generasi old fashioned

Mereka cenderung bersikap gagap dengan kehadiran teknologi baru dan lebih suka dengan pendekatan konvensional yang merupakan antitesis dari kelompok digital natives.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: