Mas Menteri Nadiem Makarim, Jejak Perjalanannya dari Gojek ke Go Jail

ILUSTRASI Mas Menteri Nadiem Makarim, Jejak Perjalanannya dari Gojek ke Go Jail.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Ditahan Kejagung, Nadiem Makarim: Allah Akan Melindungi Saya
Kesuksesan Gojek tidak hanya mengubah cara orang bepergian, tetapi juga menciptakan ribuan lapangan pekerjaan untuk pengemudi ojek dan mitra usaha lainnya.
Model layanan on-demand kian bertransformasi ke arah bisnis berbasis teknologi digital lainnya, seperti Gofood dan Gosend.
Namun, reputasi tersebut kini tercoreng setelah ia terkait langsung dengan dugaan korupsi besar bernilai triliunan rupiah.
Dari penyidikan Kejagung, terungkap fakta baru bahwa dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook di Kemendikbudristek, ternyata Mas Menteri bersama Fiona dan Jurist Tan, staf khusus mendikbudristek, telah membentuk grup WhatsApp untuk membahas pengadaan laptop itu sebelum dilantik sebagai menteri.
BACA JUGA:Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Chromebook
BACA JUGA:Kejagung Belum Jadwal Ulang Pemeriksaan Nadiem Makarim
Grup WhatsApp yang dibuat sejak Agustus 2019 itu diberi nama ”Mas Menteri Core Team”. Padahal, Nadiem baru diangkat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan oleh Presiden Ke-7 RI Joko Widodo pada Oktober 2019.
Penetapan tersangka terhadap mantan menteri dan pendiri Gojek Nadiem Makarim menimbulkan reaksi beragam. Sebagian masyarakat kaget dan kecewa. Mengingat, ia selama ini dianggap sebagai ikon generasi muda yang bersih dan berintegritas.
Di sisi lain, kalangan politikus melihat kasus itu sebagai ujian bagi komitmen pemerintah dalam pemberantasan korupsi.
BACA JUGA:Kejagung Beber Peran Nadiem dalam Skandal Chromebook Rp 9,3 Triliun
BACA JUGA:Konsultan Stafsus Nadiem Dijemput Paksa, Skandal Chromebook Makin Panas
Tidak sedikit yang menilai penetapan tersangka itu merupakan langkah tegas untuk membuktikan bahwa hukum berlaku bagi siapa saja, termasuk mantan pejabat dengan latar belakang populer.
Kasus itu tidak hanya menyangkut persoalan hukum, tetapi juga berdampak pada dunia pendidikan. Chromebook yang seharusnya menjadi alat bantu pembelajaran kini justru menjadi simbol kontroversi.
Banyak pihak khawatir program digitalisasi sekolah akan terhenti atau kehilangan kepercayaan publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: