Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (15): Layanan Istimewa di Balai Agung Rakyat

JURNALIS MENGANTRE di Balai Agung Rakyat Tiongkok, Rabu, 3 September 2025. Mereka akanmeliput resepsi yang dihelat pukul 11.30.-Doan Widhiandono-
Di salah satu kolom ada tulisan besar pada papan kayu:中华人民共和国全国人民代表大会常务委员会 (Zhōnghuá rénmín gònghéguó quánguó rénmín dàibiǎo dàhuì chángwù wěiyuánhuì). Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Republik Rakyat Tiongkok.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (1): Bening Tilu Kejar Cita-Cita Mulia
Ya, Balai Agung Rakyat Tiongkok memang berfungsi sebagai gedung parlemen. Di situlah para wakil rakyat bersidang setiap tahun. Saban musim semi.
Melewati security check, kami digiring melalui koridor-koridor panjang. Lantainya dilapisi karpet. Warna dindingnya cokelat muda. Di beberapa sudut, terdapat lukisan. Chandelier cantik bergantung di langit-langit. Mengeluarkan cahaya lembut.
Memang, gedung itu megah betul. Luas bangunannya 170 ribu meter persegi. Dibangun pada 1958-1959. Hanya dalam 10 bulan, gedung itu rampung. Jangan heran, pengerjaannya melibatkan lebih dari 8.000 orang.
Di dalam gedung itu, ada beberapa ruangan utama. Misalnya, Auditorium Akbar (Great Auditorium) yang mampu menampung 10 ribu orang. Atau ruang resepsi kenegaraan yang mampu memuat 5 ribu tamu jamuan makan menggunakan meja-meja bundar.
PARA JURNALIS menikmati hidangan di Balai Agung Rakyat Tiongkok.-Doan Widhiandono-
’’Istimewa,’’ celetuk Danish Murad Baloch, jurnalis dari GNN TV Pakistan. Wajahnya selalu tersenyum. Ialah yang menyebut kami sebagai jurnalis VVIP. Bangga. Tak heran, sejak berkarir sebagai wartawan 7 tahun silam, inilah untuk kali pertama Danish ke luar negeri. Langsung ke negara besar. Meliput acara akbar, pula. Bangga berlipat-lipat.
Ruangan pertama yang kami tuju adalah tempat coffee break. Sarapan. Prasmanan.
Penganan ringan disajikan dalam piring putih yang mahal. Begitu juga cangkir porselen untuk kopi dan teh. Bergambar bunga bakung berwarna biru.
Meski prasmanan, kami tetap diladeni oleh petugas. Yang laki-laki memakai tuksedo hitam. Ganteng. Yang perempuan ber-blazer merah dengan hiasan bunga krisan di leher. Cantik. Banget.
Soal sarapan itu memang menjadi pertanyaan kami. Kalau berangkat dini hari, nanti makannya bagaimana? Kan liputannya seharian. Lalu, sudah ada pengumuman bahwa makanan dan minuman tidak boleh dibawa masuk.
Pertanyaan itu dijawab santai oleh Direktur CIPCC Yu Lei. ’’Kami, orang Tiongkok, tidak ingin tamu-tamu kami kelaparan. Nanti pasti dapat makanan, kok. Setelah melewati beberapa security check. Biasanya roti dan susu. Satu paket,’’ ujarnya.
Yu Lei benar. Itu makanan untuk wartawan yang meliput parade di lapangan. Sedangkan untuk tim pewarta di Balai Agung,… ’’Enak, ya liputan di sini.’’ Danish mengatakan itu sembari mengambil aneka kue. Sambil tetap tersenyum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: