Dirty Vote II o3: Ketika Kekuasaan Menjadi Lingkar yang Sempurna
ILUSTRASI Dirty Vote II o3: Ketika Kekuasaan Menjadi Lingkar yang Sempurna.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
”Tujuan dari kekuasaan adalah kekuasaan itu sendiri.” (George Orwell, 1984)
FILM ini berdurasi empat jam. Tapi, sesungguhnya ia bukan tontonan, melainkan pengakuan panjang tentang kebusukan yang disembunyikan di balik bahasa demokrasi.
Dirty Vote II o3 garapan Dandhy Dwi Laksono hadir bukan sekadar sebagai sekuel dari Dirty Vote pertama, melainkan bab baru dalam otopsi politik Indonesia.
Jika film pertama menguliti bagaimana Pemilu 2024 direkayasa, o3 membedah struktur yang memungkinkan rekayasa itu terus hidup: anatomi kekuasaan yang enggan mati, bahkan setelah wajah rezim berganti.
BACA JUGA:Nyoblos di Gambir, Jokowi Belum Nonton Dirty Vote
BACA JUGA:Dirty Vote, Film Dokumenter tentang Dugaan Kecurangan Pemilu 2024 Karya Dandhy Dwi Laksono
Dandhy menghadirkan kembali tiga pakar hukum tata negara: Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari.
Mereka bukan aktor film. Mereka adalah intelektual yang akhirnya ”dipaksa” tampil di panggung karena nurani tak lagi bisa diam.
Dalam dunia yang menormalisasi penyimpangan, mereka berdiri membawa bahasa hukum sebagai bentuk perlawanan terakhir. Dari mereka kita tahu: selain moral elite, yang rusak juga mekanisme negara yang dengan sadar diarahkan untuk melayani satu kepentingan tunggal. Yakni, kelangsungan kekuasaan.
BACA JUGA:Dirty Vote: Kecurangan Pemilu Dimulai Sejak Penunjukan PJ Kepala Daerah, Ini Penjelasannya
BACA JUGA:Kapasitasnya Diragukan TKN, Ini Profil 3 Pakar Hukum yang Tampil di Film Dirty Vote
O3: OTOT, OTAK, ONGKOS
Huruf kecil ”o” pada judulnya bukan sekadar gaya tipografi. Ia simbol lingkar kekuasaan yang sempurna –tertutup, berulang, dan nyaris mustahil ditembus rakyat.
Lalu, angka ”3” mewakili tiga mesin yang menjaga lingkar itu tetap hidup: otot, otak, dan ongkos.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: