Elon Musk dan Realitas Kesenjangan di Indonesia
ILUSTRASI Elon Musk dan Realitas Kesenjangan di Indonesia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Elon Musk Bentuk Partai Politik Baru di AS, Tantang Dominasi Partai Demokrat dan Republik
BACA JUGA:Berselisih Dengan Trump, Elon Musk Mengundurkan Diri dari Jabatan Kepala DOGE
Membayangkan masyarakat Indonesia mampu memiliki uang hingga triliunan rupiah, niscaya sampai kiamat pun sulit terwujud. Kontras dengan kekayaan yang dimiliki sosok superkaya seperti Elon Musk, di tanah air ini kita justru masih dihadapkan pada bayangan kontras yang menyakitkan: sebuah ironi ketidakadilan dan kesenjangan sosial yang makin menganga.
Alih-alih meraih taraf kehidupan sejahtera dan memiliki kekayaan miliaran rupiah –bukan triliunan rupiah– di Indonesia sebagian besar masyarakat justru masih dibayang-bayangi dengan tekanan kebutuhan hidup yang terus menjejas.
Menurut data Bank Dunia per Juni 2025, jumlah penduduk miskin Indonesia dilaporkan melonjak menjadi 194–200 juta jiwa atau sekitar 68–73 persen populasi. Angka Bank Dunia itu merujuk pada standar garis kemiskinan internasional baru, yakni USD8,30 per orang per hari (PPP 2021) untuk negara berpendapatan menengah seperti Indonesia, menggantikan standar lama (USD6,85 PPP 2017).
BACA JUGA:Kelebihan dan Kekurangan Wifi Starlink Milik Elon Musk
BACA JUGA:Elon Musk Dukung Amerika Serikat Tinggalkan NATO dan PBB
Kalau merujuk pada data BPS yang menggunakan standar garis kemiskinan hanya Rp20.000 per hari (Rp595.242/kapita/bulan), jumlah penduduk miskin Indonesia tercatat memang hanya 24,06 juta jiwa atau 8,57 persen dari populasi.
Perbedaan signifikan jumlah penduduk miskin itu terjadi karena standar Bank Dunia untuk perbandingan global berbeda dengan metode BPS yang mengacu pada standar nasional.
Data yang ada menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat keenam sebagai negara dengan kesenjangan kekayaan terbesar di dunia. Empat orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan lebih besar daripada gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin.
Polarisasi antarkelas itu makin lebar, yang sering kali melemahkan upaya pemberantasan kemiskinan dan mengancam kohesi sosial.
Melihat kekayaan Elon Musk dan melongok kondisi masyarakat Indonesia yang masih didera isu-isu kemiskinan dan kesenjangan, apa yang terjadi sesungguhnya adalah refleksi dari ketidakadilan struktural.
Kesenjangan yang dirasakan masyarakat Indonesia adalah imbas dari kegagalan sistemik dalam mekanisme distribusi dan redistribusi kesejahteraan yang tidak adil, baik secara global maupun nasional.
Kekayaan ekstrem yang terakumulasi di kelas-kelas sosial di puncak piramida ekonomi, sementara di lapisan bahwa masyarakat masih berjuang untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar, niscaya adalah potret nyata ketidakadilan struktural.
Di Indonesia, ketimpangan ekonomi sangat kentara. Selama lebih dari lima dekade, orang-orang yang bertengger di puncak piramida selalu di lingkaran sekitar 50 orang terkaya yang sudah kaya sejak dulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: