“Anak-anak itu ditinggalkan begitu saja oleh bapaknya. Sehingga dihidupi oleh kakeknya,” tutur Tri.
Anak-anak itu kata Tri tidak bisa sekolah karena kondisi ekonomi yang sulit. Dan ketiga anak difabel itu tidak ada yang mengantar ke sekolah. “Ternyata saya berkeliling kampung lagi dan banyak anak yang kondisinya serupa. Difabel dan tidak bisa sekolah,” paparnya.
Dari situ timbul niatannya untuk membuat kelompok belajar di Koramil. Tri juga berinisiatif untuk mengantar jemput anak-anak tersebut. Untuk membantunya membina puluhan akan difabel tersebut, Tri mengajak relawan yang memiliki keahlian. Misalnya mahasiswa Psikologi, relawan maupun ahli dari dinas-dinas terkait.
BACA JUGA:Brawijaya Awards, Kodim 0823/Situbondo Rangkul Masyarakat dari Berbagai Sisi
BACA JUGA:Brawijaya Awards, Babinsa Kodim 0824 Jember Renovasi Rumah hingga Orbitkan Atlet Renang
Kepedulian yang sama ditunjukan oleh Peltu Sudarso yang mengikuti lomba pada kategori kesehatan. Dengan ilmu Kesehatan yang ia miliki, ia mengabdikan diri kepada masyarakat dengan melakukan pemeriksaan kesehatan gratis. Ia juga memberikan khitan massal gratis. “Saya juga memberikan ilmu dan informasi terkait kesehatan pada masyarakat,” ungkapnya.
Sudarso menggandeng yayasan dan instansi-instansi, untuk mengadakan khitan massal. Tidak jarang juga ia mengeluarkan uang pribadinya untuk aksi sosial di bidang kesehatan itu.
Ada pula Serma Mohammad Aladin yang punya program budidaya jamur tiram di desa Pandanrejo, Kecamatan pagak. “Awalnya itu saya melihat petani di sana hanya produktif (menanam)saat musim hujan. Saat kemarau mereka tidak bercocok tanam lagi. Melihat itu saya memperkenalkan jamur tiram. Karena jamur tiram ini yang tidak kenal musim. Sehingga di musim pemaraupun para petani bisa tetap produktif,” Ungkap Aladin.
BACA JUGA:Brawijaya Awards, Bukti Kepedulian Babinsa Pasuruan pada Problem-Problem Sosial
BACA JUGA:Brawijaya Awards, Babinsa Bojonegoro Kampanyekan Bank Sampah hingga Program Berbagi Listrik
Sementara Sertu Anang Nurdiansyah babinsa yang menjadi Pamong Saka di Singosari. Ia secara door to door ke sekolah, melakukan pendekatan untuk mengajarkan pramuka umum, juga kesakaan. “Saat sekolah saya memang suka dengan pramuka,” cerita babinsa yang mengikuti kategori pemberdayaan pemuda tersebut.
Yang cukup unik, Sertu Sunawan Cahyono. Ia mengajak anak-anak yang sering mabuk-mabukan untuk berkegiatan positif. Dengan mendirikan Sekolah Sepak Bola (SSB). “Saya diajak bapak Susilo beserta lima pemuda desa untuk membuat SSB di desa Wonosari. Setelah diadakan musyawarah, akhirnya berdirilah SSB Kawi Putra FC,” terangnya.
Perlahan citra buruk Wonosari, desa di kaki Gunung Kawi yang dikenal dengan pemuda yang suka mabuk-mabukan, berubah. Tidak hanya tim putra ada pula tim perempuan. Tim binaannya pun memiliki prestasi yang luar biasa. Seperti juara 1 Futsal putri Bupati Malang cup 2022, juara 2 Arema Parma cup, dan masih banyak prestasi lainnya.
Dari sekitar 50 an siswa SSB Kawi Putra FC, separuhnya adalah perempuan.
BACA JUGA:Brawijaya Awards, Babinsa Kediri Bikin Film hingga Gandeng Legenda Sepak Bola Sulis Budi
BACA JUGA:Brawijaya Awards: Babinsa Mojokerto Gandeng Pramuka hingga Pendampingan Cagar Budaya