Geng Tai SMA Binus BSD

Kamis 22-02-2024,16:43 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

BACA JUGA: Anak Vincent Rompies Diduga Terlibat Kasus Perundungan di Binus, Ini Kata Polisi

Tapi, sekolah adalah level kedua pendidikan anak. Level pertama adalah orang tua. Di Indonesia, dua orang tua yang sibuk bekerja memercayakan anak-anak mereka ke sekolah berbiaya tinggi. Mereka berharap agar anak-anak akan dididik jadi orang baik dan berilmu. Pasrah kepada sekolah.

Dikutip dari American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP), volume 98, publikasi September 2017, berjudul Gangs and Children, disebutkan, ada peran orang tua (tidak disengaja) membuat anak masuk geng remaja.

Disebutkan, geng adalah kelompok anak-anak, remaja, dan dewasa muda yang memiliki identitas yang sama dan terlibat dalam aktivitas yang salah atau nakal.

BACA JUGA: Orang Tua Wajib Tau! Ini Ciri-ciri Anak yang Mengalami Bullying

Tren di Amerika Serikat (AS) terkini bahwa anak di sekolah dasar pun sudah direkrut geng, baik geng di sekolah maupun luar sekolah. Dulu di sana geng hanya di perkotaan, kini ada di kota-kota kecil dan daerah perdesaan. Anggota geng dari berbagai jenis kelamin, ras, budaya, dan kelompok sosial ekonomi.

Beberapa anak dan remaja diwawancarai, mengapa mereka masuk geng? Jawaban rata-rata mereka, demi rasa koneksi atau untuk mendefinisikan perasaan baru tentang siapa mereka. Itu sebagian besar.

Lainnya masuk geng karena tekanan teman sebaya, kebutuhan untuk melindungi diri dan keluarga, atau karena salah seorang anggota keluarga juga tergabung dalam geng.

BACA JUGA: Polisi Sidik Bullying, Sekolah Bilang Bercanda

AACAP mendefinisikan anak yang bagaimana yang berpotensi jadi anggota geng? Berikut definisinya:

1. Tumbuh di daerah kumuh, dengan tingkat kejahatan tinggi.

2. Riwayat keterlibatan geng dalam keluarga (anggota keluarga yang masih atau mantan anggota geng).

3. Sejarah kekerasan di rumah.

4. Terlalu sedikit pengawasan orang dewasa.

5. Waktu luang yang tidak terstruktur, khususnya pada jam-jam sepulang sekolah dan pada akhir pekan.

6. Kurangnya teladan positif dan paparan media (televisi, film, musik) yang mengagung-agungkan kekerasan geng.

Kategori :