Debat Politik: Untuk Siapa?

Debat Politik: Untuk Siapa?

ILUSTRASI debat politik: untuk siapa?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

PADA PILKADA serentak kali ini, tercatat ada beberapa peristiwa menarik ketika debat politik diadakan KPUD. Bahkan, beberapa di antaranya dihentikan KPUD karena situasi yang tidak kondusif. Selain karena para calon kepala daerah itu sendiri, keriuhan yang ditimbulkan para pendukung menjadi faktor yang mengurangi esensi dan substansi dalam debat politik

Kejadian itu memunculkan pertanyaan penting: untuk siapa sebenarnya debat politik ditujukan?

Debat, yang berakar dari tradisi akademis Yunani kuno, awalnya adalah sarana menggali ide dan gagasan. Beberapa menyebut diinisiasi Socrates dengan membuat pertanyaan-pertanyaan. 

BACA JUGA:Debat Kedua Pilgub Jatim: Khofifah-Emil Paparkan Prestasi Terukur

BACA JUGA:Pasca Debat Cagub Jatim, KH Imron Fauzi: Pemimpin Jangan Hanya Mengejar Piala

Dalam konteks demokrasi modern kemudian, debat akademis dan intelektual tersebut bersinggungan dengan dunia politik, khususnya dalam konteks pemilihan. Debat antara Abraham Lincoln dan Stephen A. Douglas pada 1858 ketika pemilihan senat di Ilinois disebut sebagai penanda awal debat politik. 

Harry Jaffa menuliskan bahwa debat kedua calon senator tersebut bukan hanya pertunjukan retorika semata, melainkan momen penting dalam diskursus politik yang membentuk pemahaman publik akan isu-isu penting. (Crisis of The House Divided, Harry V. Jaffa)

Debat politik semestinya diarahkan untuk menyampaikan kebijakan kepada pemilih, memungkinkan para pemilih memahami visi dan misi kandidat. Namun, apakah tujuan itu tercapai dalam masyarakat dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan tingkat pendidikan yang beragam? Atau lebih sarkas: ditambah dengan latar belakang para kandidat yang berkontestasi.

BACA JUGA:Debat Pilgub Kedua, Emil Singgung Lukman Tak Update Sosmed

BACA JUGA:Risma Soroti Tiadanya 'Cawe-cawe' Pemprov ke Wong Cilik di Debat Kedua Pilgub Jatim

TANTANGAN DALAM MASYARAKAT

Meski debat politik memainkan peran penting dalam demokrasi modern, berbagai tantangan muncul dari kondisi masyarakat kita, kondisi sosial-ekonomi dan budaya khususnya. Disparitas tingkat literasi di Indonesia yang masih sangat lebar adalah salah satunya, terutama di daerah terpencil. 

Dalam kelompok dengan kemampuan literasi dan pemahaman yang kurang memadai, atau yang menghadapi permasalahan ekonomi, debat politik sering kali gagal menjadi sumber informasi yang berguna. 

Pemilih yang kesulitan memahami istilah-istilah teknis atau retoris akan sulit menilai kualitas kandidat secara objektif, mengurangi fungsi debat sebagai alat demokrasi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: