Lansia, Mengapresiasi Kontribusinya bagi Masyarakat

Lansia, Mengapresiasi Kontribusinya bagi Masyarakat

ILUSTRASI Lansia, Mengapresiasi Kontribusinya bagi Masyarakat.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

APA yang tebersit dalam benak kita saat melihat orang lanjut usia (lansia)? Bagaimana pandangan dan kepercayaan kita tentang orang lanjut usia? Tentang kehidupan personal mereka dan keberadaan mereka dalam keluarga, masyarakat, dan negara

Pemahaman umum tentang lanjut usia berkaitan dengan menurunnya kualitas fisik individu, baik secara eksternal maupun internal tubuh. Selain itu, dipercaya menurunnya kualitas psikologis individu karena bertambahnya usia. 

Kondisi tersebut berdampak pada lebih tingginya risiko terhadap dialaminya sakit dan pada akhirnya kematian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan pemaknaan yang kurang lebih sama, paling tidak pada tingkat biologis. 

BACA JUGA:Menjadi Lansia yang Bahagia

BACA JUGA:Lansia Bekerja, Strategi Organisasi atau Peduli?

Yang menarik dari pemaknaan WHO adalah kondisi penurunan kualitas fisik dan psikologis itu tidak berlaku linier ataupun konsisten, dan hanya dapat secara longgar diasosiasikan dengan usia dalam jumlah tahun. 

Melampaui usia secara biologis, lanjut usia diasosiasikan dengan transisi pada bidang kehidupan lainnya. Misalnya, masa pensiun, relokasi ke tempat tinggal yang lebih sesuai, atau kematian sahabat dan sanak kerabat.

Mengapa isu mengenai orang lanjut usia penting untuk dibicarakan?  

WHO menuliskan beberapa fakta kunci terkait orang lanjut usia. Gerak pertambahan jumlah populasi orang lanjut usia menjadi jauh lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2020, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas akan mengalahkan penduduk berusia di bawah 5 tahun. 

BACA JUGA:Lansia di Pulogadung Ditembak Maling dan Analisis Kriminologi

BACA JUGA:Tular Nalar 3.0: Pelatihan Digital Lansia, Tingkatkan Kewaspadaan Hoaks

Tahun 2050, akan ada sekitar 80 persen orang lanjut usia tinggal di negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah dan menengah. Tahun 2015– 2050, proporsi populasi usia di atas 60 tahun akan mengalami peningkatan dari 12 persen menjadi 22 persen. 

Melihat kondisi demikian, tentu saja tiap negara wajib memastikan bahwa sistem kesehatan dan sosial mereka disiapkan untuk dapat menghadapi perubahan demografis itu.

Apakah menjadi, atau paling tidak berangsur-angsur menjadi, mayoritas berbanding lurus dengan kualitas hidup (well-being) yang tinggi? Ternyata tidak juga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: