Pembelajaran Mendalam Model Kiai Dahlan dan Abdul Mu’ti

Pembelajaran Mendalam Model Kiai Dahlan dan Abdul Mu’ti

ILUSTRASI Pembelajaran Mendalam Model Kiai Ahmad Dahlan dan Abdul Mu’ti.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Guru harus mampu melaksanakan pembelajaran yang membuat murid antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan belajar. 

Pada bagian akhir pembelajaran, murid diharapkan mampu membuat refleksi: pengalaman atau inspirasi apa yang diperoleh setelah mempelajari materi? Lalu, apa tindak lanjut yang akan dilakukan setelah mendapatkan pengalaman belajar tersebut?

Pilar ketiga, joyful learning, memastikan murid terlibat secara aktif baik fisik maupun pikirannya mengikuti pembelajaran. Untuk itu, para pendidik penting memperkaya metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kejiwaan murid. 

Guru juga harus mampu membuat murid merasa senang dan nyaman belajar. Dengan demikian, aktivitas belajar begitu mengasyikkan. Waktu belajar selama berjam-jam pun tidak terasa karena murid begitu menikmati.

Menurut Abdul Mu’ti, PM mengutamakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills). Pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan mendalam pasti mendorong murid untuk berpikir kritis, menggali pengetahuan, dan pada akhirnya mampu menghubungkan apa yang dipelajari dengan kehidupan nyata. 

Pendekatan PM model Abdul Mu’ti merupakan ikhtiar untuk mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna dan relevan dengan tantangan abad ke-21. 

Dengan menekankan pemahaman yang mendalam, kolaborasi, dan pemanfaatan teknologi, diharapkan murid berkembang menjadi individu yang lebih kritis, kreatif, dan adaptif. 

Meski penerapannya membutuhkan energi lebih, terutama dari para pendidik, manfaat jangka panjang yang ditawarkan pendekatan itu sangatlah berharga bagi kemajuan pendidikan nasional.

Pendekatan PM yang digelorakan Abdul Mu’ti bisa jadi merupakan jawaban dari tantangan yang diajukan Buya Syafii. Sebagai bagian dari khazanah, kajian keagamaan yang mendalam model Kiai Dahlan seharusnya memang tidak boleh sekadar dikagumi. 

Mendikdasmen tentu ingin lebih dari itu, yakni menjadikan pendekatan PM dalam sistem kurikulum pendidikan nasional. Pada tahun ajaran 2025/2026 ini, pendekatan PM akan mulai diimplementasikan secara piloting untuk satuan pendidikan di penjuru negeri. 

Semoga terobosan tersebut menjadi bagian ikhtiar mewujudkan generasi emas 2045. (*) 


*) Biyanto adalah staf ahli menteri Bidang Regulasi dan Hubungan Antar-Lembaga Kemendikdasmen, sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, dan guru besar UIN Sunan Ampel, Surabaya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: