Fenomena Unik Penemuan Potongan Tubuh Hasil Mutilasi: Ayam Berkokok Pukul 20.00 WIB

Fenomena Unik Penemuan Potongan Tubuh Hasil Mutilasi: Ayam Berkokok Pukul 20.00 WIB

ILUSTRASI Fenomena Unik Penemuan Potongan Tubuh Hasil Mutilasi: Ayam Berkokok Pukul 20.00 WIB.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Sulis memutuskan untuk mencari rumput di sekitar lokasi daging itu. Bukan di tempat biasanya yang agak jauh ke sana. Sekarang ia merumput di sekitar situ.

Betapa kaget, ia menemukan beberapa potongan daging lagi. Semuanya sudah mengering. Sebagian daging menempel di ranting pohon. Ia mengamati, ia memperkirakan potongan daging itu dilemparkan seseorang dari atas jurang, kemudian daging nyangkut di ranting pohon itu. 

Sulis: ”Potongan-potongan daging itu mirip dengan yang di sebelah selatan. Saya tetap lanjut mencari rumput. Tapi, di sekitar 4 meter sebelah timurnya, saya temukan potongan telapak kaki orang. Saya kaget banget. Langsung saya berhenti mencari rumput.”

Ia lalu menelepon saudara sepupunya, Andrik Priyanto, 40. Sebab, kata Sulis, Andrik punya nomor telepon kantor polisi. Sulis memberi tahu Andrik agar segera lapor polisi, ada potongan kaki manusia di dekatnya berdiri saat itu.

Selanjutnya, tim polisi tiba di sana. Memeriksa seluruh area tersebut. Melibatkan unit K-9, anjing pelacak jenis Labrador Retriever. Di radius sekitar 100 meter, ditemukan 65 potongan tubuh manusia. Teridentifikasi sebagai mayat Tiara.

Pertanyaannya, berapa jarak antara kandang ayam Sulis dengan lokasi potongan daging itu? Kata Sulis, ”Sekitar tak sampai sekilo (1 kilometer, Red).”

Mungkinkah ayam Sulis mengendus daging sejauh itu? Diperkirakan, itu bisa terendus ayam jika orang yang membuang dagingnya (Alvi) melewati jalur di dekat rumah Sulis.

Namun, satu hal penting: ”Setelah polisi menemukan mutilasi itu, ayam saya tidak pernah berkokok malam hari lagi. Kokoknya seperti biasa, menjelang subuh,” ungkap Sulis.

Sulis dan masyarakat umum boleh saja menafsirkan macam-macam soal kokok ayam pukul 20.00 itu. Bebas. Penafsiran bisa juga berbau mistik. 

Dikutip dari buku Audience Effects on Alarm Calling in Chickens (1988) karya Stephen J. Karakashian, diuraikan hasil riset ilmiah tentang kokok ayam anomali (tidak lazim).

Riset ilmiah tentang kokok ayam sangat jarang. Di antara yang jarang adalah karya Karakashian itu. Karakashian ahli biologi, peneliti beberapa hewan dari Reed College di Portland, Oregon, Amerika Serikat (AS).

Studi tentang kokok ayam dilakukan Karakashian di kampusnya pada 1988. Dalam riset itu ia dan tim menguji bagaimana ayam hutan merah (Gallus gallus) mengeluarkan alarm call ketika ada ancaman predator (bagi si ayam).

Dalam bukunya, Karakashian menyatakan, rutinitas kokok ayam jantan berkaitan dengan ritme sirkadian. Waktunya selalu tetap, dimulai dini hari, sekitar menjelang subuh. Atau, menjelang matahari terbit. Sampai pagi tiba. Tujuan ayam berkokok adalah dominasi dalam persaingan mendapatkan simpati betina, untuk bisa kawin.

Setelah pagi berkokok, siang pun jantan bisa berkokok jika melihat ada betina di sekitarnya. Kokok adalah pamer kejantanan. Makin merdu (untuk ukuran ayam) kokok si jantan, membuat ia disukai betina. Mereka kawin.

Kokok jantan berhenti sejak hari mulai gelap atau sekitar menjelang magrib. Sebab, ayam bukan binatang malam. Mereka tidak lagi berkegiatan di hari gelap. Jantan tidak kawin di saat gelap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: