Ternyata Pikiran dan Mood Kita Bisa Diatur Hormon

Hormon bisa menjadi teman sekaligus musuh bagi pikiran kita. Mereka mengatur keseimbangan yang rapuh antara tenang dan cemas, bahagia dan murung. --iStockphoto
Gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan PTSD sering muncul saat terjadi transisi besar hormon. Terutama pada perempuan.
Sebelum masa pubertas, tingkat depresi antara anak laki-laki dan perempuan relatif sama. Namun ketika remaja, perempuan menjadi dua kali lebih mungkin mengalami depresi dibanding laki-laki. Perbedaan itu bertahan hingga dewasa.
Menjelang menstruasi, kadar estrogen dan progesteron menurun drastis. Bagi sebagian perempuan, itu memicu rasa mudah marah, lelah, sedih, atau cemas.
BACA JUGA: Outrage Fatigue dan Stres: Alasan Bijaksana Menggunakan Media Sosial
BACA JUGA: Sound Bath, Praktik Meditasi Suara untuk Redakan Stres dan Tingkatkan Kesehatan Mental
Pada beberapa orang, kondisi tersebut bisa menjadi lebih parah. Itu dikenal sebagai Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Yakni gangguan suasana hati berat yang muncul sebelum menstruasi dan bisa disertai pikiran negatif ekstrem.
Sebaliknya, kadar estrogen yang tinggi menjelang ovulasi sering dikaitkan dengan rasa bahagia dan sejahtera. Produk turunan progesteron bernama allopregnanolone juga dikenal menimbulkan efek menenangkan.
“Kalau seseorang menyuntikkan allopregnanolone, orang itu akan merasa lebih rileks,” kata Liisa Hantsoo dari Johns Hopkins University.
Namun, tantangan hormon tidak berhenti di sana. Kehamilan, perimenopause, dan menopause juga membawa perubahan besar yang dapat memengaruhi kesehatan mental. Sekitar 13 persen perempuan setelah melahirkan mengalami depresi akibat turunnya hormon secara drastis.
BACA JUGA: Baking Therapy, Memanggang Kue untuk Redakan Stres
BACA JUGA: Cara Melakukan Self Talk Positif agar Lebih Percaya Diri dan Bebas Stres
“Bukan soal seberapa tinggi atau rendah kadar hormon seseorang,” jelas Liisa Galea dari University of Toronto, “melainkan seberapa sensitif tubuh terhadap perubahan dari tinggi ke rendah. Atau sebaliknya,” tambahnya.
Pada beberapa orang, kondisi ini bisa menjadi lebih parah, dikenal sebagai Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) — gangguan suasana hati berat yang muncul sebelum menstruasi dan bisa disertai pikiran negatif ekstrem. --Istock
Bukan hanya perempuan, laki-laki juga mengalami penurunan kadar testosteron seiring usia, yang bisa berdampak pada suasana hati dan energi.
Hormon seks seperti estrogen dan testosteron diketahui meningkatkan serotonin dan dopamin. Anda sudah tahu, itu merupakan dua neurotransmitter penting yang berperan dalam perasaan bahagia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: