Sound of Borobudur for Kids, Ketika Relief Menjadi Guru Musik bagi Generasi Digital

Dari eksperimen itu, penelitian berkembang lebih luas. Hingga menyentuh berbagai panel relief alat musik lain yang tersebar di dinding Borobudur.

BACA JUGA:Pemerintah Akan Pasang Chatra di Puncak Stupa Induk Candi Borobudur, Menag: Untuk Menarik Wisatawan

BACA JUGA:Pemerintah Targetkan Candi Borobudur Bisa Sedot 2 Juta Wisman

Relief-relief itu ditafsirkan melalui pendekatan ikonografi dan organologi. Kayu dipilih, dipotong, senar dipasang, dan bentuk alat disesuaikan dengan detail pahatan. Perlahan, alat-alat musik yang “tertidur” selama ribuan tahun kembali mengeluarkan bunyi.

Trie Utami, musisi yang terlibat dalam program Sound of Borobudur for Kids, sebuah inisiatif edukasi yang secara khusus dirancang untuk anak-anak.-Sound of Borobudur-

Tahap berikutnya adalah menghidupkan alat-alat musik tersebut dalam praktik musikal. Sejumlah musisi terlibat langsung.

Termasuk gitaris legendaris Dewa Budjana. Ia mengeksplorasi kemungkinan bunyi dari instrumen-instrumen hasil rekonstruksi itu. Begitu pula para seniman lain dari berbagai latar belakang yang turut dilibatkan.

Keterlibatan musisi lintas generasi dan genre membuka ruang dialog antara musik masa lalu dan ekspresi kontemporer.

BACA JUGA:Perayaan Waisak Gerakkan Sektor Parekraf Sekitar Borobudur, Hotel dan Homestay Penuh

BACA JUGA:Khidmat Peringatan Waisak di Candi Borobudur

Bunyi yang lahir selain sebagai romantisasi sejarah, juga sebagai eksplorasi kreatif yang menjembatani zaman.

“Ketika alat-alat itu dimainkan hari ini, kita tidak sedang menghidupkan nostalgia,” kata Dr. Redy Eko Prastyo, dosen Universitas Brawijaya sekaligus seniman dan budayawan.

“Kita sedang membangun jembatan pengetahuan antara peradaban lama dan generasi sekarang," tambahnya.

Hasil-hasil riset Sound of Borobudur telah dipresentasikan dalam berbagai seminar nasional dan konferensi internasional pada 2021.

BACA JUGA:Perjalanan Biksu ke Borobudur Tinggal 135 Km

Sumber: