Khasanah Ramadan (5): Masjid sebagai Lumbung

Khasanah Ramadan (5): Masjid sebagai Lumbung

Jika masjid sebagai lumbung, maka ekonomi sandang-pangan akan bergerak dan bangkit dari masjid. --

Masjid-masjid pun seketika menjadi seberkas bola lampu tempat bergerombolnya “laron-laron” untuk mengayuh berkah. Bagaimana tidak. Setiap jelang Maghrib di masjid-masjid itu tersedia pula beraneka ragam takjil.

Santapan kecil pembatal puasa. Umat terpanggil berbagi makanan. Ada yang diorganisir Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Ada pula yang spontan. 

Hari-hari ini, butuh makan petang, cukup datang ke semua masjid. Santapan ringan dan berat cumepak. Masjid-masjid itu semakin makmur.

Saya teringat Q.S Al-A’raf: 31: “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap kali memasuki masjid. Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Dalam Q.S At-Taubah ayat 18 dinyatakan: “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta (tetap) menegakkan salat, menunaikan zakat dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Maka mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Pada tataran ini tentu menarik apabila DKM membuka Masjid Mart yang menyediakan kebutuhan jamaahnya. Masjid sebagai lumbung. Maka ekonomi sandang-pangan akan bergerak dan bangkit dari masjid. (*)

Oleh: Suparto Wijoyo, Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Unair dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: