Jawa Bagian Timur dalam Jaringan Jalur Rempah
ILUSTRASI Jawa Bagian Timur dalam Jaringan Jalur Rempah.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
UPAYA memopulerkan jalur rempah merupakan sebuah perjuangan panjang dan berat yang membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Secara umum, istilah jalur rempah kalah populer dengan jalur sutra yang sudah dikenal masyarakat sejak berabad-abad yang lalu.
Istilah jalur sutra saat ini terus berkembang sedemikian luas dan populer, direproduksi dalam berbagai bentuk kegiatan yang melibatkan orang-orang lintas negara dan lintas benua.
Jalur sutra bahkan telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia pada 22 Juni 2014 dengan nama Silk Roads: The Routes Network of Chang’an-Tianshan Corridor. Berbagai kegiatan telah diinisiasi beragam kalangan. Mulai pemerintah, perusahaan swasta, kelompok-kelompok masyarakat, bahkan perorangan.
BACA JUGA:Kilas Balik, Rempah-Rempah asal Indonesia pernah jadi Rebutan Bangsa Eropa
BACA JUGA:Rempah Noesantara Ramadan Buffet Jadi Sajian Kuliner Nusantara
Selain jalur sutra, dunia sebenarnya memiliki jalur rempah, yang terbentuk mengikuti pola perdagangan rempah sejak periode kuno sampai sekitar abad ke-18. Jalur rempah terbentang mulai kawasan Asia sampai kawasan Eropa yang mirip dengan jalur sutra.
Hanya rutenya yang berbeda tempat. Indonesia menjadi salah satu titik dari jalur rempah tersebut karena sejak periode kuno wilayah yang dulu dikenal dengan istilah Nusantara merupakan penghasil rempah bermutu tinggi di dunia.
Rempah dari Indonesia sudah dikenal di berbagai pasar di Asia sampai Eropa dan dihargai sangat tinggi, terutama di Eropa. Rempah dibutuhkan di berbagai belahan dunia untuk berbagai kepentingan. Mulai bumbu masak, obat-obatan, pengawet, hingga bahan pewangi.
BACA JUGA:Perjalanan Jalur Rempah Berakhir di Mojokerto
BACA JUGA:ICAS 13 Heritage Walk: Lorong Waktu Jejak Rempah Kota Lama Surabaya
Para pedagang Eropa rela mengarungi lautan yang demikian jauh dengan risiko besar demi mendapatkan rempah-rempah dari kepulauan Nusantara. Sejarah penjajahan Indonesia oleh bangsa-bangsa Barat bermula dari perburuan rempah.
Persepsi masyarakat Indonesia mengenai rempah selalu diarahkan ke kawasan Indonesia Timur, khususnya Kepulauan Maluku. Persepsi tersebut terbentuk sedemikian lama mengacu pada historiografi kolonial yang diciptakan para pegawai VOC pada periode awal kedatangan orang-orang Belanda di Nusantara.
Falentijn dalam magnum opus-nya yang berjudul Oud en Nieuw Oost-Indien memosisikan Maluku (Ambon) sebagai kawasan yang sangat istimewa. Bahkan, kawasan itu dibahas secara khusus dalam tiga jilid yang ditulis saat ia bertugas sebagai pegawai VOC.
Falentijn memang cukup lama menetap di Ambon sehingga memahami kawasan itu sampai hal-hal kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: