Fomo Bukber, Banyak Orang Merasa Terpaksa Ikut Buka Bersama

Fomo Bukber, Banyak Orang Merasa Terpaksa Ikut Buka Bersama

Mencari alternatif berbuka yang lebih sederhana: Kebersamaan tidak selalu harus di restoran. -Alyadlia-Pinterest

Bagi mereka yang memiliki jadwal padat, seperti mahasiswa dengan tugas yang menumpuk atau pekerja yang harus lembur, bukber bisa menjadi aktivitas yang melelahkan.

BACA JUGA: Mengatur Pola Hidup agar Ramadan Lebih Nyaman

Di beberapa kasus, bukber justru mengurangi momen berbuka yang lebih nyaman di rumah. Tidak sedikit yang merasa lebih tenang berbuka dengan keluarga. Atau menikmati momen berbuka dalam suasana yang lebih santai.

Bukber sering kali menjadi ajang reuni. Terutama bagi teman sekolah atau kuliah. Namun, tidak semua orang nyaman bertemu kembali dengan lingkaran lama.

Ada yang merasa canggung. Karena sudah tidak memiliki banyak kesamaan. Ada pula yang enggan bertemu dengan orang-orang yang pernah membawa kenangan kurang menyenangkan.

BACA JUGA: 6 Amalan Utama yang Dianjurkan di Bulan Ramadan

Interaksi yang terasa dipaksakan itu membuat beberapa orang lebih memilih untuk absen. Tetapi tekanan sosial tetap membuat mereka sulit menolak.

Pada akhirnya, hadir dalam keadaan tidak nyaman menjadi pilihan yang diambil. Demi menghindari drama sosial.

Tidak ada salahnya untuk menolak undangan bukber jika memang merasa keberatan. Menyampaikan alasan dengan jujur dan sopan bisa menjadi solusi.

Jika alasan finansial menjadi kendala, usulan untuk mencari tempat yang lebih terjangkau atau berbuka di rumah bersama bisa menjadi alternatif.


Tekanan sosial sering menghiasi momen bukber, tetapi kebersamaan tetap menjadi inti dari tradisi ini. -Angggiii-Pinterest

BACA JUGA: 7 Tip Aman Melakukan Puasa Ramadan untuk Ibu Hamil

Selain itu, kita juga perlu memahami bahwa tidak semua orang memiliki kondisi yang sama. Tidak datang ke bukber bukan berarti seseorang sombong atau tidak peduli. Melainkan bisa jadi mereka memiliki alasan yang sah.

Bukber seharusnya menjadi momen kebersamaan yang menyenangkan. Bukan ajang yang dipaksakan. Menghormati keputusan masing-masing individu untuk datang atau tidak adalah langkah awal untuk menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat.

Ramadan adalah waktu untuk introspeksi dan mempererat hubungan. Tetapi itu tidak harus dilakukan dengan cara yang membuat seseorang merasa terpaksa. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: