Mitologi Jawa Buta Kala dan Patung Macan dalam Seni Kontemporer ARTJOG 2025

Pengunjung mememperhatikan patung dalam pameran seni kontemporer ARTJOG 2025. - Boy Slamet - Harian Disway
Suara, bagi kesenian rakyat di Jawa juga bekerja sebagai medan pertemuan antara yang profan dan yang gaib. Ia mengingatkan pada ritual tradisi seperti jathilan, di mana sembari ditingkahi bebunyian ritmis para penari yang ndadi mengunyah pecahan neon yang berkilau serupa serpihan cahaya—mengingatkan kita pada mitos buta kala yang menelan habis matahari.
Tubuh menjadi medium narasi-narasi purba untuk bersemayam kembali, menjadi sebuah peristiwa performatif yang menubuhkan sejarah dengan segala kegetiran dan kenangan pahitnya.
Di Jawa, sejarah kerap hidup sebagai narasi orang-orang kalah—mereka yang suaranya tak tercatat, tetapi hadir dalam bentuk kesenian rakyat yang mengundang roh-roh masa lalu hingga atribut kolonial yang dimanfaatkan dengan cara membalikkan makna, menjadikan milik mereka yang dulu pernah ditaklukan. Di balik keriuhan itu, terpantik pula semangat messianisme khas Jawa: keyakinan akan datangnya sosok pembebas, seorang Ratu Adil, yang akan memulihkan tatanan semesta.
BACA JUGA:18 Tahun ARTJOG: Dari Kegelisahan Seniman, Menjadi Lebaran Seni
Ilustrasi Buta Kala yang berwujud seperti raksasa. - S4 OFFICIAL STORY - Youtube
Mitologi Jawa tentang buta kala yang menelan matahari sangat melegenda di masyarakat sebenarnya merupakan peristiwa dari gerhana. Gerhana yang menimbulkan seluruh dunia gelap gulita dan hilang arah.
Melalui pameran seni ARTJOG 2025, pengunjung dapat memaknai gerhana dan kegelapan yang erat kaitannya dengan hal buruk. Buta kala biasanya diibaratkan sebagai sesuatu yang negatif dan membuat kehidupan manusia terganggu sampai mengalami kesialan.
Wujudnya semacam raksasa yang menyeramkan. Matahari adalah pusat penerangan dan sumber kehidupan bagi seluruh planet di alam semesta. Berdasarkan mitologi Jawa, gerhana terjadi ketika Buta kala menyimpan amarah dan dendam yang besar terhadap Batara Surya (Dewa Matahari) dan Batara Soma (Dewa Bulan).
Untuk membalaskan dendamnya, buta kala terus mengejar Dewa Matahari dan Bulan. Ketika berhasil tertangkap, buta kala melahap kedua dewa tersebut dan akhirnya menyebabkan gerhana. Kemudian, Ratu Adil datang untuk menyelamatkan alam semesta dari kegelapan gerhana.
Ratu Adil diibaratkan sebagai sosok pemimpin yang adil dan bijaksana, sehingga mampu menyelamatkan dunia dari kesialan dan ketidakadilan.
Hari ini, mitologi Jawa itu hadir di pameran ARTJOG 2025 untuk menceritakan kepada penonton tentang pemimpin yang adil dan bijaksana untuk menyelamatkan dunia dari kesengsaraan dan kegelapan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: