"Makanya saya kalau bikin batik juga ada ceritanya. Ada gambar barongsai, anak-anak kaisar lagi bermain, ada cap ji shio, macem-macem," tutur Giok.
Perempuan yang punya nama Indonesia Indrawati itu lantas menuju lemari kayu kuno yang ada di teras rumah dia. Ketika dibuka, tampaklah tumpukan kain batik yang terlipat rapi.
Dia meraih kain di rak kedua. Warna dasarnya kuning cerah. Dengan lekuk-lekuk motif megamendung paduan biru tua dan biru muda.
BACA JUGA: Batik dan Aora Wistara Binaan PLN Tarik Minat Wisatawan Mancanegara
"Ini yang saya bilang cap ji shio," tutur Giok, lantas membeber kain itu di atas sandaran kursi. Tim Jejak Naga Utara Jawa bersiap memotret. "Eh, ini kebalik. Nanti Anda motretnya kebalik. Kasihan tikusnya," celetuk Giok serius.
Ya, di antara awan-awan megamendung yang cantik itu, terdapat gambar 12 binatang yang melambangkan shio. Anjing, harimau, babi, naga, kelinci, dan ayam.
Juga tikus, kerbau, kuda, monyet, ular, serta kambing. Mereka diberi warna biru, abu-abu, hingga salem. Lucu-lucu. Menggemaskan.
Dengan cekatan, dia mengambil kain lain dari rak ketiga. Dia beber di atas batik shio. Kali ini warna dasarnya french blue.
Motifnya cute. Menggambarkan anak-anak kaisar Tiongkok sedang bermain-main saat cap go meh. Ada yang menari kipas, ada yang membawa payung, berlari-larian. Di sela-sela mereka, terlihat guci-guci dan bebungaan dalam pot khas Tiongkok.
BACA JUGA: Berbagi Wawasan Motif Batik, Komunitas Cinta Berkain Indonesia selalu Adakan Pertemuan dengan Tema
AKULTURASI dalam selembar batik di pesisir Pantai Utara Jawa. Foto: Gouw Yang Giok (kiri) menunjukkan motif batiknya yang khas di Cirebon, Januari 2023. -Doan Widhiandono-Harian Disway-
Kain ketiga yang dia tunjukkan memiliki warna dasar blok oranye. Sesosok barongsai merah dan hijau tosca berdiri di atas rangkaian awan megamendung. Di sela-selanya, terdapat motif ikan koi, matahari, dan mahkota bunga.
Ada lagi batik yang menggambarkan taman kelinci kerajaan. Kelinci-kelinci putih dan merah berlarian di atas selembar kain berwarna biru muda.
"Ayah saya punya banyak kain-kain dari Tiongkok. Gambar-gambarnya begini. Itulah yang menginspirasi saya untuk bikin batik dengan motif-motif seperti ini," tutur perempuan kelahiran 16 November 1943 tersebut.
Soal warna, batik-batik Giok memang anti-mainstream. Berbeda dengan batik peranakan lain dari Pekalongan dan Lasem, misalnya.
Dia banyak menggunakan warna primer dan sekunder yang tegas. Namun tidak mencolok. Merahnya kalem. Orange-nya tidak ngejreng. Biru pun dipilih shade yang lembut.