Belajar Saling Toleransi dari Tiongkok

Belajar Saling Toleransi dari Tiongkok

MENU makan siang halal dari kantin Rumah Sakit Jantung Internasional Rhizao, Tiongkok.-Jagaddhito Probokusumo untuk Harian Disway-

BACA JUGA:Prospek Baru Persahabatan Indonesia dan Tiongkok

BACA JUGA:Persahabatan Indonesia-Tiongkok Makin Kokoh

Babi kalau di bahasa Mandarin adalah 猪肉 (zhurou) dan minum alkohol adalah 喝酒 (hejiu). Mereka memahami kondisi kami sebagai muslim dan menyajikan makanan yang halal. 

Orang Tionghoa menyebut halal adalah 清真 (qing zhen).

Tempat tinggal kami berjarak sekitar 1.5 km dari RS dan di sekitar apartemen kami tidak ada minimarket 24 jam atau rumah makan sehingga setiap hari kami makan tiga kali sehari di kantin RS. 

Mulanya kami masih harus bertanya mana makanan yang halal dan tidak. Namun, pada hari ketiga, mereka sudah memisahkan mana makanan yang halal dan tidak. 

BACA JUGA:Kerja Sama Proyek OBOR antara Indonesia-Tiongkok

BACA JUGA:My Exploration in Hangzhou, Kelas Untuk Mahasiswa Asing Memahami Tiongkok

Dengan demikian, kami tidak bingung untuk memilih makanan mana yang bisa dikonsumsi dan tidak.

Setiap hari kami bekerja di cathlab (laboratorarium kateterisasi jantung) dari pagi sampai sore. Kami bekerja dengan para dokter ahli dan perawat Rizhao. Ada sekitar 20 orang yang bekerja di cathlab

Setiap siang kami makan bersama di cathlab dengan menu lunch box dari kantin RS. Karena mereka sudah tahu bahwa kami adalah muslim, semua menu lunch box satu tim di cathlab ”mendadak” menjadi halal semua. 

Padahal, kami tidak pernah meminta mereka mengubah menu untuk semua. Kami hanya minta disediakan makanan halal.

BACA JUGA:Merespons Kebangkitan Tiongkok

BACA JUGA:Tiga Kepentingan Tiongkok di Afghanistan

Pengalaman lain adalah mengenai salat. Kami menjelaskan kepada mereka bahwa kami muslim salat lima kali sehari dan setiap Jumat kami wajib melaksanakan salat Jumat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: