Awut-Awut Megawati

Awut-Awut Megawati

ILUSTRASI Awut-Awut Megawati.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DULU, pada zaman Orde Baru, ada penghargaan untuk pejabat atau tokoh yang berbahasa Indonesia dengan baik. Zaman itu memang lagi zaman penghargaan. Apa saja diberi penghargaan. Kebersihan dapat Adipura, lingkungan dapat Kalpataru. Dan lain-lain.

Ketika itu ada budaya tandingan. Diam-diam ada yang mengeluarkan penghargaan untuk pejabat yang berbicara dengan bahasa Indonesia terjelek. Tentu yang itu tidak diberikan penghargaan melalui seremoni terbuka.

Sekarang sudah tidak ada lagi penghargaan semacam itu. Dalam sepuluh tahun terakhir kita punya presiden seperti Jokowi, yang tidak pernah bisa berbicara lancar dan runut. 

BACA JUGA:Prabowo di Antara Jokowi dan Megawati

BACA JUGA:Perlawanan Ketiga Megawati

Setiap kali ditanya wartawan dalam wawancara cegat alias doorstop interview, jawaban Jokowi selalu sepotong-sepotong, terbata-bata, dan terputus-putus. Lebih sering lagi ia lari menghindari wartawan.

Tapi, ungakapan yang sepotong-sepotong itu justru malah menjadi kosakata yang sering dikutip media dan menjadi semacam khazanah baru komunikasi politik. Jokowi mengatakan ”aku rapopo”, ”ojo kesusu”, dan yang paling populer adalah ”cawe-cawe”. 

Gibran Rabuming Raka sebagai penerus dinasti Jokowi juga sering disorot karena tidak berbahasa Indonesia dengan benar. Ia tidak bisa menerapkan kata ”para” dengan benar. 

BACA JUGA:Menunggu Sikap Megawati

BACA JUGA:Megawati dan Orde Baru

Ia tidak tahu bahwa ”para” sudah menunjukkan plural sehingga cukup menyebut ”para bapak”. Tidak perlu menyebut ”para bapak-bapak”. Apalagi, ”para-para bapak-bapak”. 

Sewaktu kampanye, Gibran sering kepeleset lidah. Salah satu yang paling fenomenal, ia salah sebut asam folat dengan asam sulfat. Akibatnya, ia mendapat nickname Samsul, akronim dari asam sulfat.

Masih belum cukup. Gibran dikaitkan dengan akun ”fufufafa”. Isinya ungkapan yang kasar dan vulgar. Lebih dekat caci maki, terutama kepada Prabowo dan keluarganya. Kalau ada award untuk pejabat berbahasa Indonesia terburuk, Gibran menjadi nominator paling kuat.

BACA JUGA:Luka Lama: SBY vs Megawati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: