Puasa Tidak Cocok untuk 10 Orang dengan Kondisi Tertentu, Nomor 9 karena Amenore

Pastikan asupan nutrisi cukup dan konsultasikan dengan dokter sebelum memutuskan untuk berpuasa. --Freepik
Dalam kasus yang lebih parah, individu dengan berat badan rendah yang tetap berpuasa tanpa pengawasan medis dapat mengalami malnutrisi yang berdampak pada sistem saraf, kesehatan tulang, serta ketidakseimbangan hormon.
Bagi mereka yang ingin menambah berat badan atau berada dalam kondisi kekurangan gizi, sangat penting untuk fokus pada pola makan yang kaya nutrisi dan kalori sebelum mempertimbangkan untuk berpuasa.
5. Individu yang pernah mengalami gangguan makan
Orang dengan riwayat gangguan makan seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa, atau binge eating disorder (gangguan makan berlebihan) sangat disarankan untuk menghindari puasa. Pembatasan makanan yang ketat, seperti yang terjadi saat berpuasa, dapat memicu kembali pola pikir dan kebiasaan makan yang tidak sehat.
Puasa juga dapat memperburuk hubungan seseorang dengan makanan, menyebabkan mereka merasa bersalah setelah makan atau bahkan kembali ke pola makan ekstrem seperti menghindari makanan sama sekali atau melakukan kompensasi berlebihan.
BACA JUGA:Manfaat Nasi Beku Bagi Kesehatan, Bantu Stabilkan Gula Darah
Selain itu, individu yang pernah mengalami gangguan makan sering memiliki ketidakseimbangan hormon serta gangguan metabolisme yang membuat mereka lebih rentan terhadap efek negatif puasa, seperti kelelahan ekstrem, pusing, gangguan konsentrasi, serta ketidakseimbangan gula darah. Bahkan jika seseorang telah pulih dari gangguan makan, puasa masih dapat menjadi pemicu yang berisiko bagi mereka.
6. Mereka yang memiliki masalah dengan pengaturan gula darah
Orang dengan gangguan pengaturan gula darah, seperti hipoglikemia (gula darah rendah) atau resistensi insulin, harus berhati-hati saat berpuasa.
Dalam kondisi hipoglikemia, tubuh kesulitan menjaga kadar gula darah yang stabil, sehingga puasa dapat menyebabkan gejala seperti pusing, lemas, gemetar, keringat dingin, hingga kehilangan kesadaran dalam kasus yang lebih parah.
Sementara itu, penderita resistensi insulin, termasuk mereka yang berada dalam tahap pra-diabetes, dapat mengalami lonjakan gula darah yang tidak terkontrol setelah periode puasa diikuti dengan makan dalam jumlah besar. Pola ini dapat memperburuk sensitivitas insulin dan meningkatkan risiko berkembangnya diabetes tipe 2.
Selain itu, penderita diabetes yang mengonsumsi obat atau insulin harus sangat berhati-hati karena puasa dapat menyebabkan kadar gula darah turun drastis (hipoglikemia) atau justru melonjak tinggi (hiperglikemia), tergantung pada respons tubuh dan pola makan mereka
7. Orang dengan tekanan darah rendah
Individu yang memiliki tekanan darah rendah atau hipotensi perlu berhati-hati saat berpuasa. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti pusing, lemas, mual, kesulitan berkonsentrasi, dan dalam beberapa kasus, pingsan.
Tekanan darah yang terlalu rendah dapat mengurangi aliran darah ke otak dan organ vital lainnya, yang berpotensi membahayakan kesehatan. Saat berpuasa, tubuh kehilangan cairan dan elektrolit, terutama jika seseorang tidak cukup terhidrasi. Kekurangan cairan ini dapat semakin menurunkan tekanan darah, menyebabkan tubuh menjadi lemas dan rentan terhadap gangguan keseimbangan tubuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: