Garis Kemiskinan Hanya Rp 20 Ribu Sehari, Publik Ragukan Data BPS

BPS Tetapkan Rp 20 Ribu per Hari sebagai Batas Garis Kemiskinan, Ini Respons Para Ekonom-Istimewa-
Data kemiskinan tersebut dihimpun berdasarkan rata-rata kebutuhan harian manusia: kebutuhan makanan dan non-makanan.
BACA JUGA:Kelas Menengah Menyusut, BPS Sebut Ekonomi Nasional Rentan Guncangan
Dalam penjelasannya, ia mengungkap bahwa garis kemiskinan hanya mengalami kenaikan 2,01% karena data diambil pada bulan Februari, saat tarif listrik sedang diskon.
Karena itu, pengeluaran non-makanan tampak lebih rendah.
Menggarisbawahi sisi daya beli sebagai faktor penentu, Nailul juga menjelaskan bahwa lemahnya kemampuan membeli masyarakat berkontribusi pada stagnasi harga.
BACA JUGA:Penduduk Jawa Timur yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Berkurang 17 Ribu Jiwa
“Jadi daya beli lemah ini menurunkan permintaan. Dampaknya GK akan naik sangat tipis. Inilah kelemahan menghitung kemiskinan melalui konsumsi,” tandasnya.
Di sisi lain, terdapat selisih besar dalam laporan BPS dengan Bank Dunia.
BPS mencatat 8,74% penduduk miskin, sedangkan Bank Dunia menyebut 68,2%.
BACA JUGA:Entaskan Kemiskinan, Pemerintah Ubah Haluan dari Bansos ke Program Ekonomi
BPS sendiri menganggap selisih ini terjadi akibat perbedaan metodologi yang digunakan.
Sementara BPS memakai pendekatan Cost of Basic Needs (CBN) berbasis konsumsi nasional, Bank Dunia menggunakan standar PPP internasional untuk negara berpenghasilan menengah atas.
BACA JUGA:Pemprov Jatim Targetkan Kemiskinan Turun Jadi 9,10 Persen pada 2026.
“BPS harus berani untuk mengganti penghitungan saat ini untuk lebih menggambarkan kondisi di masyarakat secara lebih valid bukan hanya untuk kepentingan tertentu,” tegas Nailul. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi English for Creative Industry Universitas Kristen Petra
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: